Resensi
“Tuhan, Tunjukkan Jalan-Mu!..”
Metta Alvionita
Heriyanto
SMP Negeri 2
Mataram
2013
Tertatih
menuju Cahaya
Kemerosotan
nilai religiusitas dan moralitas bukan hal asing lagi di telinga masyarakat
Indonesia. Hal ini tercermin dari berbagai problematika yang ditunjukkan oleh
masyarakat pada umumnya dan remaja pada khususnya. Banyak anak yang menyalahgunakan
kepercayaan orangtua, bersifat dan bersikap manja, malas, dan terlibat pergaulan
bebas yang berujung pernikahan dini.
Novel
yang berjudul “Tuhan Tunjukkan Jalan-Mu!..” ini menggunakan sudut pandang ‘Aku’
yang bernama Arum. Dari tokoh Arum, penulis menyiratkan nilai religi yang
mengajak para pembaca untuk hidup lebih bersahaja dengan mengutamakan nilai-nilai
moral tanpa ada kesan yang menggurui. Novel ini menceritakan kisah hidup
seorang gadis cilik bernama Arum yang selalu tabah, meneguhkan keyakinan, dan terkadang
merasa rendah diri dalam menemukan jati diri. Pada masa kanak-kanaknya, Arum merasa
menjadi anak yang tidak diperhatikan oleh orangtuanya. Sering kali dia membutuhkan
kehadiran ibunya. Arum juga sering merasa minder dengan kakaknya yang bernama Mbak
Ambar, yang selalu dibangga-banggakan Bapak. Walau begitu, gadis ini selalu menguatkan
hati dan tekun beribadah. Dalam kisah ini, tokoh Arum bertekad bahwa suatu hari
nanti, ia bisa membahagiakan orangtuanya. Namun secara umum, melalui kisah
hidup tokoh-tokoh di dalam novel ini, pembaca seperti diajak untuk merasakan,
membayangkan, dan menghayati nilai-nilai tersebut.
Novel ini ditulis untuk menyadarkan bahwa seseorang
memeluk agamanya tidak semata-mata diturunkan oleh orangtua atau orangtua yang mengharuskan
anaknya beribadah. Pada umumnya, kisah hidup seseorang digambarkan dengan peran
orangtua menyuruh anaknya untuk rajin beribadah. Namun sebaliknya, dalam novel
ini, justru si anak yang berusaha keras mengajak orangtuanya beribadah. Sampai
pada akhirnya, hati orangtuanya tergerak untuk lebih dekat dengan Yang Maha Kuasa.
Sejak masih kanak-kanak sampai hidup berkeluarga, tokoh Aku tetap menjadi orang
yang selalu menerapkan nilai-nilai agama dan moral dalam hidupnya. Buku ini
sangat bagus dibaca oleh semua kalangan karena dapat menginspirasi pembaca
untuk merenung tanpa digurui.
Selain berbagai keunggulan hikmah yang dimiliki oleh
novel ini, ditemui juga kesalahan yang dapat dijadikan bahan perbaikan, seperti
penulisan kata pada halaman 127. Kata tekat pada kalimat “Namun, kerana tekat
Bapak sudah bulat...” seharusnya diperbaiki dengan kata tekad. Namun, jika
ditinjau secara keseluruhan, buku ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
keluarga untuk membina dan mengembangkan pribadi yang bertakwa pada Sang
Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar