Jumat, 31 Januari 2014

Juara 1 Lomba Resensi Buku Tingkat SMP Se-NTB

Resensi
 “Tuhan, Tunjukkan Jalan-Mu!..”




Metta Alvionita Heriyanto
SMP Negeri 2 Mataram
2013

Tertatih menuju Cahaya

Kemerosotan nilai religiusitas dan moralitas bukan hal asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dari berbagai problematika yang ditunjukkan oleh masyarakat pada umumnya dan remaja pada khususnya. Banyak anak yang menyalahgunakan kepercayaan orangtua, bersifat dan bersikap manja, malas, dan terlibat pergaulan bebas yang berujung pernikahan dini.
Novel yang berjudul “Tuhan Tunjukkan Jalan-Mu!..” ini menggunakan sudut pandang ‘Aku’ yang bernama Arum. Dari tokoh Arum, penulis menyiratkan nilai religi yang mengajak para pembaca untuk hidup lebih bersahaja dengan mengutamakan nilai-nilai moral tanpa ada kesan yang menggurui. Novel ini menceritakan kisah hidup seorang gadis cilik bernama Arum yang selalu tabah, meneguhkan keyakinan, dan terkadang merasa rendah diri dalam menemukan jati diri. Pada masa kanak-kanaknya, Arum merasa menjadi anak yang tidak diperhatikan oleh orangtuanya. Sering kali dia membutuhkan kehadiran ibunya. Arum juga sering merasa minder dengan kakaknya yang bernama Mbak Ambar, yang selalu dibangga-banggakan Bapak. Walau begitu, gadis ini selalu menguatkan hati dan tekun beribadah. Dalam kisah ini, tokoh Arum bertekad bahwa suatu hari nanti, ia bisa membahagiakan orangtuanya. Namun secara umum, melalui kisah hidup tokoh-tokoh di dalam novel ini, pembaca seperti diajak untuk merasakan, membayangkan, dan menghayati nilai-nilai tersebut.
            Novel ini ditulis untuk menyadarkan bahwa seseorang memeluk agamanya tidak semata-mata diturunkan oleh orangtua atau orangtua yang mengharuskan anaknya beribadah. Pada umumnya, kisah hidup seseorang digambarkan dengan peran orangtua menyuruh anaknya untuk rajin beribadah. Namun sebaliknya, dalam novel ini, justru si anak yang berusaha keras mengajak orangtuanya beribadah. Sampai pada akhirnya, hati orangtuanya tergerak  untuk lebih dekat dengan Yang Maha Kuasa. Sejak masih kanak-kanak sampai hidup berkeluarga, tokoh Aku tetap menjadi orang yang selalu menerapkan nilai-nilai agama dan moral dalam hidupnya. Buku ini sangat bagus dibaca oleh semua kalangan karena dapat menginspirasi pembaca untuk merenung tanpa digurui.
            Selain berbagai keunggulan hikmah yang dimiliki oleh novel ini, ditemui juga kesalahan yang dapat dijadikan bahan perbaikan, seperti penulisan kata pada halaman 127. Kata tekat pada kalimat “Namun, kerana tekat Bapak sudah bulat...” seharusnya diperbaiki dengan kata tekad. Namun, jika ditinjau secara keseluruhan, buku ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan keluarga untuk membina dan mengembangkan pribadi yang bertakwa pada Sang Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar